Curahan Hati
Tuesday, February 24, 2015
0
comments
Tulisan ini merupakan curhatan saya sebagai mahasiswa akhir yang terbengkalai dengan masalah akadedemik yang menjadi polemik akhir-akhir ini. Disaat segala sesuatunya telah selesai untuk menjadi sarjana tetapi harus terhambat TOEFL disitu kadang saya merasa sedih. Mungkin inilah ungkapan yang tepat untuk saya. Tapi saya tidak terlalu sedih karena ini mungkin takdir Tuhan untuk saya. Tapi hal ini sebenarnya tidak bisa diterima dengan begitu saja. Karena bukan hanya saya saja yang mengalami kejanggalan ini tapi begitu banyak mahasiswa akhir lainnya menderita kesamaan dengan saya. Whats Wrong???
Pembuat kebijakan itu mungkin tak pernah memimikirkan kebenaran yang diutarakan oleh orang lain. Mereka-meraka itu hanya membuat apa yang menurutnya benar tanpa memikirkan dampak buruk dari suatu kebijakan yang dibuat dengan buru-buru dan terkesan dipaksakan. Gagasan tersebut hanya sebagai kepentingan semata untuk tampak hebat di mata civitas yang lainnya.
Seharusnya mereka itu manusia berpendidikan tinggi mampu berpikir luas. Bukankah jika kita berada pada ketinggian akan melihat banyak pemandangan yang lebih luas??? Di kampus Jantung Hati Rakyat Aceh ini, tidaklah semua dalam kondisi strata yang sama secara sosial, ekonomi dan mentalitas pastinya. Atas dasar ketidak setaraan itulah seharusnya kebijakan-kebijakan yang dibuat harus dapat menyetarakan agar nantinya tidak akan timbul dihati-hati yang lemah ini akan adanya deskriminasi hak dan kewajiban.
Apakah TOEFL itu harus menjadi standart sebuah kelulusan??? Coba bayangkankan kasus yang terjadi beberapa saat lalu tidak sedikit calon-calon agen of change itu telah melakukan kecurangan hanya demi selembar kertas dan sebuah title baru. Ini telah membuktikan betapa lemahnya keimanan para intelektual yang didukung dengan kondisi struktur sosial yang mendukung untuk melakukan penyelewengan tersebut. Sampai saat ini tidakkah para pembuat kebijakan itu berpikir? Masihkanh nilai akademik yang paling utama? Tanpa mementingkan nilai-nilai keagamaan yang kuat? Seharusnya nilai spiritual itu lebih diutamakan.
OK FINE!!! Bahasa Inggris merupakan bahasa yang sangat penting dalam kehidupan. Sesuai perkembangan zaman kita butuh bahasa itu untuk dapat bersaing dalam sebuah kompetisi dunia yang akan memangsa orang-orang lemah dalam penguasaaan informatika, teknologi serta bahasa yang menjadi bahasa dunia. Jika sebuah lembaga menginginkan anggota didalamnya mampu berbuat sesuai kebijakan yang dibuat. Akan timbul sebuah perntanyaan apakah sudah ada langkah-langkah untuk mewujudkannya? Atau memang dibuat untuk mewujudkannya tetapi secara mendadak yang itu bisa saja tidak fair. Mengapa baru sekarang? Mengapa disaat mahasiswa itu telah disibukan dengan hal yang sangat rumit dengan urusan kampus? Kenapa tidak dari dulu disusun program perkuliahan bahasa inggris dengan materi TOEFL.
Semua mahasiswa sudah pasti berkonsentrasi dengan bidangnya masing-masing sesuai dengan jurusan yang diambilnya. Matakuliah bahasa inggris yang hanya 2 SKS apakah itu cukup untuk mengukur kekuatan score TOEFL? Sama sekali tidak!!! Karena materi yang diajarkan juga tidak mengarah pada TOEFL. Pengalaman saya selama mengikuti perkuliahan 1 semester bersama dosen pengajar itu hanya mengajarkan perkenalan diri, selebihnya ia berpromosi ria dengan bisnis MLM (Multi Level Marketing) yang sedang ia rintis. Masih sangat teringat di benak saya kuliah semester-semester awal dulu.
Apakah kesalahan ada pada saya jika tidak bisa mencapai nilai TOEFL? Okelah... jika ada yang berkicau “kan bisa les, kan banyak cara untuk belajar!”. Fine-fine saja bagi saja mereka bilang begitu jika tidak merasakan apa yang orang lain rasakan. Atau ada yang bilang “makanya kuliah 4 tahun itu jangan ditunda-tunda selesainya!”. Wow luar biasa sekali kata-kata ini jika saya dengar. Memang mereka benar-benar tidak punya pikiran yang matang saat berbicara. Lama menyelesaikan kuliah bukan berarti kita yang menunda begitu banyak faktor bahkan dosen juga menjadi salah satu faktor penghambatnya. Selain itu sebagaimana yang telah saya sebut di atas bahwa ada mahasiswa-mahasiswa yang super dalam menjalani perkuliahan. Ada yang bekerja untuk membiayai kehidupannya membantu perekonomian orang tuanya. Ada juga yang rajin di organisasi demi kebanggaan kampus juga bukan??? “MIKIR!!! (Cak Lontong)”
Beasiswa yang katanya untuk mahasiswa kurang mampupun tidak tepat sasaran. Banyak anak yang orang tuanya PNS menjadi miskin demi beasiswa. Sementara saya yang anak seorang janda petani serabutan tidak pernah mendapat yang seharusnya menjadi hak saya. Tapi saya tidak pernah bersedih hati dengan hal itu, dan sayapun tidak pernah mengharapkan itu. Karena rezeki dari Allah itu sangat luas. Telah terbukti walau orang tua saya hanya petani 10 semester ini saya bisa membayar SPP dan biaya hidup saya di Banda ini tanpa harus mengemis. Membuktikan bahwa rezeki dari Allah itu bukanlah ukuran Matematika. Tapi apakah hanya karena TOEFL ini harus menghambat saya menyelesaikan Study Sarjana Strata Satu saya??? Tidak juga saya tetap berusaha. Semua karena Allah, memang sulit tapi harus dijalani karena kalau mudah semua juga bisa. Saya berharap jangan lagi ada kesulitan, hanya untuk mendapat selembar kertas dan title baru itu.
Yang menjadikan saya tidak bisa terima dengan kebijakan itu kenapa yang satu angkatan, yang sama-sama nilai rupiahnya harus dikeluarkan untuk bayar SPP. Mereka boleh adanya rekom dan toleransi kenapa yang sekarang tidak? Kebijakan itu seharusnya jangan labil dan tiba-tiba. Seharusnya kebijakan seperti itu diterapkan untuk generasi selanjutnya. Agar mereka mempunyai persiapan yang matang. Jangan suatu kebijakan itu menjadi penghambat dan menyulitkan mahasiswa yang sudah diujung tanduk ini. Why??? Why??? And Why??? Selalu mengorbankan orang lain demi kebijakan-kebijakan. Kampus adalah sebuah miniatur kenegaraan, kita bukan hanya butuh orang pintar tetapi kita juga butuh orang pitar yang benar. Kita bukan hanya butuh orang jujur tetapi kita butuh orang jujur yang benar. Segala kebenaran sudah ada ketetapannya bukan kebenaran menurut nafsu masing-masing pribadi. Akan tetapi kebenaran itu harus bersumber dari kebenaran yang hakiki yakni Al-qur’an dan Hadits. Pantaskah menyulitkan urusan orang lain demi kepentingan sendiri. Ingat pengadilan Allah lebih tepat dan pasti.
Sekian dan Terimakasih bagi yang telah brsedia membaca, ini hanya sebuah ungkapan hati pribadi yang lemah ini. Tidak bermaksud untuk menjelekan yang lain atau ingin dipandang lemah. Semoga saja dari tulisan ini tidak menjadi fitnah. Wassalam...
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Curahan Hati
Diposkan oleh Unknown
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://suhermannote.blogspot.com/2015/02/curahan-hati.html. Terima kasih sudah mengunjungi dan membaca artikel ini.Diposkan oleh Unknown
0 comments:
Post a Comment